Siapapun pemimpinnya,Macet & Banjir masalahnya
1 | ![]() |
Suwiryo | 1945 | 1947 | Sebagai Walikota Jakarta |
Pada 17 Februari 1950 Presiden RIS, Sukarno mengangkatnya kembali sebagai Walikota Jakarta Raya. Pada 2 Mei 1951, Suwiryo diangkat jadi Wakil PM dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (April 1951 - April 1952). Jabatan wali kota diganti oleh Syamsurizal (Masyumi). Setelah berhenti menjadi Wakil PM, kemudian Suwiryo diperbantukan beberapa saat di Kementrian Dalam Negri. Setelah itu Suwiryo menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Umum merangkap Presiden Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal dengan Bapindo. Suwiryo meninggalkan dunia perbankan setelah terpilih menjadi Ketua Umum PNI. Lepas dari kegiatan partai, Suwiryo menjadi anggota MPRS dan kemudian menjadi anggota DPA.
2 | ![]() |
Daan Jahja | 1948 | 1950 | Sebagai Gubernur (Militer) Jakarta |
3 | ![]() |
Suwiryo | 1950 | 1951 | Sebagai Walikota Jakarta |
4 | ![]() |
Syamsurijal | 1951 | 1953 | Sebagai Walikota Jakarta |
![]() |
Sudiro | 1953 | 1960 | Sebagai Walikota Jakarta |
![]() |
Dr. Soemarno | 1960 | 1964 | Periode pertama. |
Pada masa kepemimpinannya, selain dibangunMonas,Patung Selamat Datang, danPatung Pahlawan diMenteng, juga dibangunrumah minimum. Konsep rumah minimum ini adalah rumah dengan luas 90 meter persegi, dibangun di atas tanah 100 meter persegi, terdiri dari dua lantai, lokasinya dekat dengan tempat kerja. Proyek pertama rumah minimum dibangun diRaden Saleh,Karang Anyar,Tanjung Priok, danBandengan Selatan.
Setelah selesai masa baktinya, Soemarno menjabat sebagaiMenteri Dalam Negeri dan jabatan Gubernur Jakarta dilanjutkan olehHenk Ngantung. Dalam masa inilah Soemarno merangkap jabatan sebagaiMenteri Dalam Negeri danGubernur Jakarta atas perintah PresidenSoekarno, karena kesehatanHenk Ngantung yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan jabatannya.
7 | Henk Ngantung | 1964 | 1965 |
Henk Ngantung tidak sekadar tinggal dalam kemiskinan hingga harus menjual rumah di pusat kota untuk pindah ke perkampungan. Derita Henk Ngantung terus menerpa karena nyaris buta oleh serangan penyakit mata dan dicap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia tanpa pernah disidang, dipenjara, apalagi diadili hingga akhir hayatnya bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga akhir hayatnya tinggal di rumah kecil di gang sempit Cawang, Jakarta Timur.
![]() |
Dr. Soemarno | 1965 | 1966 | Periode kedua. |
![]() |
Ali Sadikin | 1966 | 1977 |
Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, sepertiTaman Ismail Marzuki,Kebun Binatang Ragunan,Proyek Senen,Taman Impian Jaya Ancol,Taman Ria Monas,Taman Ria Remaja, kota satelitPluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasanCondet, dll. Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta,22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, sepertikerak telor,ondel-ondel,lenong dantopeng Betawi, dsb.
Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerahTangki, sehingga daerah tersebut dinamaiTangkiwood.
Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakanPekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan namaJakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.
Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumahPekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.
Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial adalah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleksKramat Tunggak sebagai lokalisasipelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihanAbang dan None Jakarta.
Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen.Tjokropranolo.
10 | ![]() |
Tjokropranolo | 1977 | 1982 |
Sebelum menjabat gubernur Jakarta, selama satu tahun Tjokropranolo menjadi asisten Gubernur Ali Sadikin. Pada Juli 1977, ia dilantik sebagai Gubernur Jakarta. Selama dia menjabat gubernur, ia sering mengunjungi berbagai pabrik untuk mengecek kesejahteraanburuh dan mendapatkan gagasan langsung tentang upah mereka. Usaha kecil juga menjadi perhatiannya. Dia mengalokasikan sekitar ratusan tempat untuk puluhan ribu pedagang kecil agar dapat berdagang secara legal. Walau begitu, kemacetan lalu lintas dan kesemrawutantransportasi kota menjapada masalah yang sulit dipecahkan. Perda yang mengatur pedagang jalanan tidak efektif, sehingga mereka masih berdagang di wilayah terlarang, menempati badan jalan, dan memacetkan lalu lintas.
11 | Soeprapto | 1982 | 1987 |
Sebelum menjabat sebagai gubernur, ia adalah Sekretaris JenderalDepdagri. Dengan pengalaman kepemimpinannya, Soeprapto mencoba menangani masalah Jakarta yang kompleks. Ia memulai kepemimpinannya dengan mengajukan konsep yangpragmatis dan bersih tentang pembangunan Jakarta sebagai ibu kota dan juga wacananya mengenai sebuah kota besar. Ia menekankan konsepnya dalam wacana stabilitas, keamanan, dan ketertiban. Selain itu Soeprapto juga membuatMaster Plan DKI Jakarta untuk periode 1985 - 2005, yang sekarang dikenal denganRencana Umum Tata Ruang danRencana Bahagian Wilayah Kota.
12 | ![]() |
Wiyogo Atmodarminto | 1987 | 1992 |
Wiyogo merupakan salah satu pelaku sejarah pada peristiwaSerangan Umum 1 Maret diYogyakarta.
Pada masa kepemimpinannya ia secara rutin berkunjung ke berbagai tempat di Jakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang terbuka dan bersikapdisiplin. Di awal kepemimpinannya, dia memutuskan untuk menerapkan konsep BMW: Bersih, Manusiawi, berWibawa di Jakarta.
13 | ![]() |
Soerjadi Soedirdja | 1992 | 1997 |
Di masa kepemimpinannya, ia membuat proyek pembangunanrumah susun, menciptakankawasan hijau, dan juga memperbanyakdaerah resapan air. Adapun proyek kereta api bawah tanah (subway) dan jalan susun tiga (triple decker) yang sempat didengung-dengungkan pada masanya belum terwujud. Yang jelas, ia menyaksikan selesainya pembersihan jalan-jalan Jakarta daribecak, suatu usaha yang telah dimulai sejak gubernur sebelumnya (Bang Wi). Selain ituPeristiwa 27 Juli 1996 terjadi pada masa Jakarta di bawah kepemimpinannya. Beliau juga merupakan salah satu dewan penyantun Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, yang berlokasi di jalan raya Jakarta km 4 pakupatan-serang,Banten.
14 | ![]() |
Sutiyoso | 1997 | 2007 |
Pada15 Januari 2004, ia meluncurkan sistem angkutan massal dengan nama busTransJakarta atau lebih populer disebutBuswaysebagai bagian dari sebuah sistem transportasi baru kota. Setelah sukses denganKoridor I, pengangkutan massal dikembangkan ke koridor-koridor berikutnya. Ia juga mencetuskan mengembangkan sisten transportasi kota modern juga segera melibatkansubway danmonorel.
KeberadaanBusway yang semula ditentang beberapa pihak terutamanya pengguna kendaraan pribadi karena mengurangi satu jalur jalan. Selain itu, pembangunan halte-halteBusway juga mengakibatkan sebagian pepohonan yang berada di pembatas jalan ditebang. Di lain pihak,Busway disambut baik penggunanya karena dianggap lebih nyaman dari angkutan umum sejenis lainnya. Bukan hanya sebagai sarana transportasi perkotaan modern untukangkutan massal, tetapi juga dapat berfungsi sebagai buspariwisata kota.Busway yang melewatiKoridor II menempuh berbagai fasilitas pemerintah pusat terutama sisi barat Kompleks Sekretariat Negara, Jalan MH Thamrin, Monumen Nasional, Kantor Pemerintah DKI Jakarta, bekas Kantor Wakil Presiden Indonesia, Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan Stasiun Gambir.
15 | Fauzi Bowo | 7 Oktober2007 | 7 Oktober2012 |
Dalam penjaringan calon gubernur olehPartai Persatuan Pembangunan, Fauzi Bowo mengungguliAgum Gumelar danMahfud Djailanidalam perolehan suara. Fauzi memperoleh 14 suara, Agum (5 suara) dan Djailani mendapat dua suara. Dua suara lain menyatakan abstain.
Namun, dalam skoring terhadap enam kandidat calon gubernur yang mengajukan diri kePartai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ia menempati urutan paling terakhir. Dalam skoring itu, ia meraih 80 suara. Sedang, urutan teratas ditempati olehSarwono Kusumaatmadja.
Fauzi Bowo danGubernur Sutiyoso dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinyaBanjir besar di Jakarta di hampir seluruh wilayah ibukota DKI Jakarta, dan memengaruhi popularitas Fauzi Bowo.
16 | Joko Widodo | 15 Oktober2012 | 2017 |
0 komentar: