Kamis, 18 April 2013

Siapapun pemimpinnya,Macet & Banjir masalahnya



1 Suwiryo.jpg Suwiryo 1945 1947 Sebagai Walikota Jakarta
Proses Suwiryo menjabat sebagai wali kota dimulai pada Juli 1945 pada masa pendudukan Jepang. Kala itu dia menjabat sebagai wakil wali kota pertama Jakarta, sedangkan yang menjadi wali kota seorang pembesar Jepang (Tokubetsyu Sityo) dan wakil wali kota kedua adalah Baginda Dahlan Abdullah. Dengan kapasitasnya sebagai wakil wali kota, secara diam-diam Suwiryo melakukan nasionalisasi pemerintahan dan kekuasaan kota.

Pada 17 Februari 1950 Presiden RIS, Sukarno mengangkatnya kembali sebagai Walikota Jakarta Raya. Pada 2 Mei 1951, Suwiryo diangkat jadi Wakil PM dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (April 1951 - April 1952). Jabatan wali kota diganti oleh Syamsurizal (Masyumi). Setelah berhenti menjadi Wakil PM, kemudian Suwiryo diperbantukan beberapa saat di Kementrian Dalam Negri. Setelah itu Suwiryo menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Umum merangkap Presiden Komisaris Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian dikenal dengan Bapindo. Suwiryo meninggalkan dunia perbankan setelah terpilih menjadi Ketua Umum PNI. Lepas dari kegiatan partai, Suwiryo menjadi anggota MPRS dan kemudian menjadi anggota DPA.
2 Daan Jahja.jpg Daan Jahja 1948 1950 Sebagai Gubernur (Militer) Jakarta
Letnan Kolonel H. Daan Jahja (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Januari1925 meninggal di Jakarta, 20 Juni 1985 pada umur 60 tahun) adalah Gubernur (Militer)Jakarta dan Panglima Divisi Siliwangi. Ia memainkan peranan penting dalam menumpas aksi Kapten Westerling yang mau merebut kekuasaan negara karena tidak menerima penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949.
3 Suwiryo.jpg Suwiryo 1950 1951 Sebagai Walikota Jakarta
4 Syamsurijal.jpg Syamsurijal 1951 1953 Sebagai Walikota Jakarta
Sudiro.jpg Sudiro 1953 1960 Sebagai Walikota Jakarta
Sudiro dikenal sebagai Walikota (Jabatan setara dengan Gubernur pada saat itu) Jakarta untuk periode 1953-1960. Pria kelahiran Yogyakarta, 24 April 1911 ini mengeluarkan kebijakan pemecahan wilayah Jakarta menjadi tiga kabupaten yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Ia juga yang mengemukakan kebijakan pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kampung (RK) yang kemudian menjadi Rukun Warga (RW). Ia meninggal pada tahun 1992.


Dr.H.Soemarno.gif Dr. Soemarno 1960 1964 Periode pertama.
Dr. Soemarno Sosroatmodjo (lahir di Rambipuji, Jember, Jawa Timur, 24 April 1911 meninggal di Jakarta, 9 Januari 1991 pada umur 79 tahun) adalah salah satu mantanGubernur DKI Jakarta yang pernah menjabat dalam dua periode yaitu periode 1960 - 1964 dan periode 1965 - 1966. Selain berasal dari militer beliau juga adalah seorang dokter. Pada masa kepemimpinannya beberapa masalah menghadang, terutama berkaitan dengan pembebasan Irian Jaya dan demonstrasi Ganyang Malaysia.
Pada masa kepemimpinannya, selain dibangunMonas,Patung Selamat Datang, danPatung Pahlawan diMenteng, juga dibangunrumah minimum. Konsep rumah minimum ini adalah rumah dengan luas 90 meter persegi, dibangun di atas tanah 100 meter persegi, terdiri dari dua lantai, lokasinya dekat dengan tempat kerja. Proyek pertama rumah minimum dibangun diRaden Saleh,Karang Anyar,Tanjung Priok, danBandengan Selatan.
Setelah selesai masa baktinya, Soemarno menjabat sebagaiMenteri Dalam Negeri dan jabatan Gubernur Jakarta dilanjutkan olehHenk Ngantung. Dalam masa inilah Soemarno merangkap jabatan sebagaiMenteri Dalam Negeri danGubernur Jakarta atas perintah PresidenSoekarno, karena kesehatanHenk Ngantung yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan jabatannya.
7 Henk Ngantung2.JPG Henk Ngantung 1964 1965
Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai deputi gubernur di bawah Soemarno. Saat itu banyak kalangan yang protes atas pengangkatan Henk Ngantung. Soekarno ingin agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Dan, Ngantung dinilainya memiliki bakat artistik. Salah satu pengalaman yang barangkali menarik adalah tatkala presiden memanggilnya ke istana untuk mengatakan bahwa pohon-pohon di tepi jalan yang baru saja dilewati perlu dikurangi. Masalah pengemis yang merusak pemandangan Jakarta tak lepas dari perhatian Ngantung. Tapi semuanya tidak berhasil.
Henk Ngantung tidak sekadar tinggal dalam kemiskinan hingga harus menjual rumah di pusat kota untuk pindah ke perkampungan. Derita Henk Ngantung terus menerpa karena nyaris buta oleh serangan penyakit mata dan dicap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia tanpa pernah disidang, dipenjara, apalagi diadili hingga akhir hayatnya bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga akhir hayatnya tinggal di rumah kecil di gang sempit Cawang, Jakarta Timur.


Dr.H.Soemarno.gif Dr. Soemarno 1965 1966 Periode kedua.
Ali sadikin.jpg Ali Sadikin 1966 1977
Ali Sadikin (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 meninggal di Singapura, 20 Mei2008 pada umur 80 tahun)[1] adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.
Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, sepertiTaman Ismail Marzuki,Kebun Binatang Ragunan,Proyek Senen,Taman Impian Jaya Ancol,Taman Ria Monas,Taman Ria Remaja, kota satelitPluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasanCondet, dll. Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta,22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, sepertikerak telor,ondel-ondel,lenong dantopeng Betawi, dsb.
Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerahTangki, sehingga daerah tersebut dinamaiTangkiwood.
Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakanPekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan namaJakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.
Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumahPekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.
Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial adalah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleksKramat Tunggak sebagai lokalisasipelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihanAbang dan None Jakarta.
Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen.Tjokropranolo.
10 Tjokropranolo2.jpg Tjokropranolo 1977 1982
Tjokropranolo (lahir di Temanggoeng, Jawa Tengah, 21 Mei 1924 meninggal di Jakarta,Indonesia, 22 Juli 1998 pada umur 74 tahun) atau lebih akrab dengan panggilan Bang Nolly adalah salah satu mantan Gubernur DKI Jakarta dan tokoh militer dalam sejarah perjuangan Indonesia. Dia menjadi pengawal pribadi Panglima Besar Soedirman pada masa Revolusi Nasional Indonesia melawan pendudukan Belanda. Dia turut meloloskan Soedirman dari serangan maut tentara Belanda yang berkali-kali melakukan percobaan pembunuhan terhadap Soedirman. Dalam karier kemiliteran, ia tidak hanya terjun ke medan, tapi juga banyak terlibat dalam posisi penting di balik layar, antara lain Asintel Siaga dan Kepala Intelijen dalam berbagai konflik, dan sekretaris militer untuk presiden.
Sebelum menjabat gubernur Jakarta, selama satu tahun Tjokropranolo menjadi asisten Gubernur Ali Sadikin. Pada Juli 1977, ia dilantik sebagai Gubernur Jakarta. Selama dia menjabat gubernur, ia sering mengunjungi berbagai pabrik untuk mengecek kesejahteraanburuh dan mendapatkan gagasan langsung tentang upah mereka. Usaha kecil juga menjadi perhatiannya. Dia mengalokasikan sekitar ratusan tempat untuk puluhan ribu pedagang kecil agar dapat berdagang secara legal. Walau begitu, kemacetan lalu lintas dan kesemrawutantransportasi kota menjapada masalah yang sulit dipecahkan. Perda yang mengatur pedagang jalanan tidak efektif, sehingga mereka masih berdagang di wilayah terlarang, menempati badan jalan, dan memacetkan lalu lintas.
11 R Soeprapto1.JPG Soeprapto 1982 1987
R. Soeprapto (lahir diSurakarta,Jawa Tengah,12 Agustus 1924 meninggal diJakarta,26 September 2009 pada umur 85 tahun) adalah salah satu mantanGubernur Jakarta. Kariernya dimulai dari militer dan pada tahun 1982 dia menjadi Gubernur Jakarta selama satu periode.
Sebelum menjabat sebagai gubernur, ia adalah Sekretaris JenderalDepdagri. Dengan pengalaman kepemimpinannya, Soeprapto mencoba menangani masalah Jakarta yang kompleks. Ia memulai kepemimpinannya dengan mengajukan konsep yangpragmatis dan bersih tentang pembangunan Jakarta sebagai ibu kota dan juga wacananya mengenai sebuah kota besar. Ia menekankan konsepnya dalam wacana stabilitas, keamanan, dan ketertiban. Selain itu Soeprapto juga membuatMaster Plan DKI Jakarta untuk periode 1985 - 2005, yang sekarang dikenal denganRencana Umum Tata Ruang danRencana Bahagian Wilayah Kota.
12 Wiyogo dan Ali Sadikin.jpg Wiyogo Atmodarminto 1987 1992
Letjen TNI (Purn)Wiyogo Atmodarminto, (lahir diYogyakarta,22 November 1922; umur 89 tahun) atau yang lebih dikenal dengan panggilanBang Wi adalahGubernur Jakartaperiode1987 -1992. Sebelumnya, ia bertugas sebagaiDuta besar RI untukJepang. Wiyogo pernah menjabat PanglimaKowilhan II (1981-1983) dan PanglimaKostrad antara19 Januari 1978 hingga1 Maret 1980.
Wiyogo merupakan salah satu pelaku sejarah pada peristiwaSerangan Umum 1 Maret diYogyakarta.
Pada masa kepemimpinannya ia secara rutin berkunjung ke berbagai tempat di Jakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang terbuka dan bersikapdisiplin. Di awal kepemimpinannya, dia memutuskan untuk menerapkan konsep BMW: Bersih, Manusiawi, berWibawa di Jakarta.
13 Soerjadi Soedirdja.jpg Soerjadi Soedirdja 1992 1997
Jenderal TNI (HOR) Soerjadi Soedirdja (lahir diBatavia,11 Oktober 1938; umur 74 tahun) adalah salah satu tokoh militer dan politikIndonesia. Soerjadi Soedirdja juga menjabatGubernur DKI Jakarta periode 1992-1997.
Di masa kepemimpinannya, ia membuat proyek pembangunanrumah susun, menciptakankawasan hijau, dan juga memperbanyakdaerah resapan air. Adapun proyek kereta api bawah tanah (subway) dan jalan susun tiga (triple decker) yang sempat didengung-dengungkan pada masanya belum terwujud. Yang jelas, ia menyaksikan selesainya pembersihan jalan-jalan Jakarta daribecak, suatu usaha yang telah dimulai sejak gubernur sebelumnya (Bang Wi). Selain ituPeristiwa 27 Juli 1996 terjadi pada masa Jakarta di bawah kepemimpinannya. Beliau juga merupakan salah satu dewan penyantun Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, yang berlokasi di jalan raya Jakarta km 4 pakupatan-serang,Banten.
14 Sutiyoso.jpg Sutiyoso 1997 2007
Letjen TNI (Purn.) Dr. (HC) H. Sutiyoso (lahir di Semarang, 6 Desember 1944; umur 67 tahun) adalah seorang politikus dan mantan tokoh militer Indonesia berbintang tiga. Ia adalah Gubernur Jakarta selama dua periode, mulai 6 Oktober 1997 hingga 7 Oktober2007,[1] saat ia digantikan Fauzi Bowo, wakilnya, yang memenangi Pilkada DKI 2007. Sebagai gubernur, Sutoyoso adalah tokoh yang cukup menarik. Sepanjang dua periode menjadi gubernur, ia sering mengundang kontroversi ketika menggulirkan kebijakan. Kritikan terhadap proyek angkutan umum busway, proyek pemagaran taman di kawasanMonas Jakarta Pusat, dan sejumlah proyek lainnya. Pada 1 Oktober 2007, ia mengumumkan bahwa dirinya akan maju sebagai calon presiden Indonesia pada Pemilu Presiden 2009.
Pada15 Januari 2004, ia meluncurkan sistem angkutan massal dengan nama busTransJakarta atau lebih populer disebutBuswaysebagai bagian dari sebuah sistem transportasi baru kota. Setelah sukses denganKoridor I, pengangkutan massal dikembangkan ke koridor-koridor berikutnya. Ia juga mencetuskan mengembangkan sisten transportasi kota modern juga segera melibatkansubway danmonorel.
KeberadaanBusway yang semula ditentang beberapa pihak terutamanya pengguna kendaraan pribadi karena mengurangi satu jalur jalan. Selain itu, pembangunan halte-halteBusway juga mengakibatkan sebagian pepohonan yang berada di pembatas jalan ditebang. Di lain pihak,Busway disambut baik penggunanya karena dianggap lebih nyaman dari angkutan umum sejenis lainnya. Bukan hanya sebagai sarana transportasi perkotaan modern untukangkutan massal, tetapi juga dapat berfungsi sebagai buspariwisata kota.Busway yang melewatiKoridor II menempuh berbagai fasilitas pemerintah pusat terutama sisi barat Kompleks Sekretariat Negara, Jalan MH Thamrin, Monumen Nasional, Kantor Pemerintah DKI Jakarta, bekas Kantor Wakil Presiden Indonesia, Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan Stasiun Gambir.
15 Fauzi Bowo 7 Oktober2007 7 Oktober2012
Dr.-Ing. H. Fauzi Bowo (lahir di Jakarta, 10 April 1948; umur 64 tahun) adalah Gubernur Jakarta dari 7 Oktober 2007 hingga 7 Oktober 2012. Ia terpilih pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2007 dan berpasangan dengan Prijanto. Pasangan ini mengalahkan pasangan Adang Daradjatun dan Dani Anwar, yang pada waktu itu didukung oleh satu partai saja. Sebelum menjadi gubernur, Fauzi Bowo menjabat wakil gubernur mendampingiSutiyoso. Fauzi Bowo digantikan oleh Joko Widodo yang terpilih pada pemilu kepala daerah DKI Jakarta tahun 2012
Dalam penjaringan calon gubernur olehPartai Persatuan Pembangunan, Fauzi Bowo mengungguliAgum Gumelar danMahfud Djailanidalam perolehan suara. Fauzi memperoleh 14 suara, Agum (5 suara) dan Djailani mendapat dua suara. Dua suara lain menyatakan abstain.
Namun, dalam skoring terhadap enam kandidat calon gubernur yang mengajukan diri kePartai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ia menempati urutan paling terakhir. Dalam skoring itu, ia meraih 80 suara. Sedang, urutan teratas ditempati olehSarwono Kusumaatmadja.
Fauzi Bowo danGubernur Sutiyoso dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinyaBanjir besar di Jakarta di hampir seluruh wilayah ibukota DKI Jakarta, dan memengaruhi popularitas Fauzi Bowo.
16 Joko Widodo 15 Oktober2012 2017

0 komentar: