Senin, 15 April 2013

Kiat Sukses: Menjadi Pengacara Jawara



PENGACARA sebagai satu komponen dalam masyarakat modern sama dengan profesi lainnya seperti guru, dokter, atau pebisnis adalah sebuah populasi yang sebaran kehebatannya mengikuti kurva lonceng. Dikatakan sederhana: sepuluh persen dari populasi ini adalah pengacara jawara, delapan puluh persen pengacara biasa-biasa, dan sisanya pengacara di bawah rata-rata.

Pengacara Batak pun tersebar ke dalam tiga strata ini. Tak semua pengacara Batak sukses berkibar-kibar, kaya, dan bernampilan glamour seperti sering dicitrakan media. Faktanya, ada yang kesulitan mendapat klien, arus kas mereka sering macet, sehingga harus serabutan mengerjakan proyek-proyek yang jauh dari bidang hukum. Pokoknya bisa aman bertahan. Umum diterima: sukses seorang pengacara ditentukan oleh dua faktor. Pertama, sukses finansial sebagai buah dari kehebatan profesional mereka dalam beracara dan memecahkan perkara. Banyak perkara yang mereka menangkan. Klien mereka umumnya golongan kakap. Mereka memperoleh standard fee yang besar dari proses beperkara itu dan mengantongi success fee yang fantastis sebagai tambahan bila menang di pengadilan.

Kedua, sukses moral sebagai buah dari kepatuhan mereka pada nilai-nilai etika, khususnya ketaatan pada kode etik kepengacaraan. Intinya: bersih dari apa yang biasa disebut sebagai praktik-praktik mafia peradilan.

Andai kedua faktor di atas dibayangkan sebagai sumbu maka kita bisa mendapatkan empat kategori sukses sebagai berikut: rendah finansial-rendah moral, tinggi finansial-rendah moral, rendah finansial-tinggi moral, dan tinggi finansial-tinggi moral. Yang terakhir ini adalah primadona. Kelompok ini layak disebut sebagai pengacara jawara.

Bagaimana caranya menjadi pengacara jawara? Berikut rangkuman TATAP dari percakapan dengan sejumlah pengacara:

  1. Fahami dan hayati tugas kepengacaraan sampai ke sumsum. Secara serius tekuni panggilan profesional pengacara: melindungi hak hukum seseorang dan menjaga kepentingan hukum masyarakat itu sendiri. 
  2. Pertinggi ilmu, teruslah belajar. Advokat yang baik itu ilmunya harus tinggi. Tanpa itu advokat tidak akan mampu menangani kasus. Jangan bermimpi seorang advokat tiba-tiba terkenal dan bisa menyelesaikan kasus besar kalau dia belum jadi pakar, belum punya pengalaman luas.
  3. Secara khusus, banyak membaca yurisprudensi. Dengan ini advokat bisa memetakan perkara. Kalau begini perkaranya akhirnya akan begitu ujungnya. Dia tahu akhirnya kemana. Kalau sudah tahu arahnya advokat bisa potong kompas menuju sasaran.
  4. Bangun kredibilitas dan jaga kredibilitas itu. Inilah nyawa advokat. Caranya? Sekali lagi, perkuat kompetensi hukum anda. Dan sejalan dengan itu: jaga ikatan moral anda dengan klien. Integritas sangat utama di sini. Sekali advokat mengkhianati klien habislah karirnya. Sekali advokat mempermainkan hukum habis pula dia. Tapi kalau ini dipegang, seorang pengacara akan tetap dikenang dan tetap punya nama. Tapi, kalau sudah melacurkan diri, dia akan segera habis: kehilangan nama baik dan tidak lagi dipercaya. Jadi, jangan langgar kode etik supaya panjang umur karirmu.
  5. Saat beracara tampillah dengan prima: kuasai materi perkara, kuasai panggung pengadilan, tampil rendah hati tapi penuh percaya diri, tegas dalam bersikap, jernih dan mantap saat berbicara.

Oleh JANSEN H. SINAMO
 

0 komentar: